TUBERCULOSIS

RISA ERMAWATI

E2A009148

REG 2 2009

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

A.Penyakit Tuberculosis

TBC merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penularan kuman tuberculosis pada orang sehat dan risiko kematian pada penderita yaitu salah satu masalah yang perlu ditangani oleh segenap lapisan masyarakat dan petugas kesehatan.

1.      Pengertian

Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2.      Etiologi

Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdorman, tertidur lama selama beberapa tahun.

Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis adalah sebagai berikut :

1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6mm.

2. Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.

3.PewarnaanZiehl- Nellse n tampak berwarna merah dengan latar

belakang biru.

4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram

positif.

5. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom mengandung lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat yang khas pada bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan germisida tertentu.

6. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.

7.Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam

dengan suhu optimum 37oC

Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap

virulen.

9. Kuman mati dengan penyinaran langsung matahari.

3. Gejala-gejala Tuberkulosis (TB) .

  • Gejala utama

Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan.

  • Gejala tambahan

Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:dahak bercampur darah,batuk darah,sesak nafas dan rasa nyeri dada,badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

4.Cara Penularan

Penularan penyakit TB dapat terjadi secara:

1) Penularan langsung

Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.

2) Penularan melalui udara

Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust (debu). Penularan melalui udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB.

Droplet nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa

droplet yang mengering. Sedangkan Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/ tanah.

Penularan melalui makanan/minuman :

Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro organisme penyebab, juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau dipasteurisasi, sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu.

5. Sumber Penularan

Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalaudroplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya. melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.(Depkes,2008)

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut tidak dianggap menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasidroplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Selain itu, kontak jangka panjang dengan penderita TB dapat menyebabkan tertulari, seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun-tahun.

6.Risiko Penularan

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of TB paru Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita TB paru, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB paru.

Masa inkubasi adalah mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira- kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi dan memperpendek masa inkubasi.

Tb lebih mudah menular pada orang dengan kondisi tubuh yang lemah, seperti kelelahan, kurang gizi, terserang penyakit atau terkena pengaruh obat-obatan tertentu. Risiko tertular TB semakin tinggi pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah yang tinggal di lingkungan perumahan yang padat penduduk dan kurang cahaya dan ventilasi udara (koalisi). Infeksi TB rentan terjadi pada kelompok- kelompok khusus seperti: para Perempuan, anak, manula, dan orang-orang dengan risiko penularan tinggi seperti para tahanan dan kaum pendatang.

Mereka yang paling berisiko terpajan Mycobacterium Tuberculosis ini

adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif, seperti gelandangan yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat penderita tuberkulosis, dan pengguna fasilitas kesehatan dan pekerja kesehatan yang merawat pasien tuberkulosis

7. Perjalanan Alamiah Penyakit TB Paru

  • Tahap Pre-Patogenesa

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.

Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentukdroplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

  • Tahap Patogenesa

a) Inkubasi

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari peru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

b) Penyakit Dini

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati system pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelejar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksisampai pemebentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.

c) Penyakit Lanjut

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kumanper sist er ataudorm ant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

d) Tahap akhir penyakit

Sembuh sempurna Penyakit TBC akan sembuh secara sempurna bila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap, dan pemeriksan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turt hasilnya negatif yaitu pada akhir dan/atau sebulan sebelum akhir pengobatan, dan pada satu pemeriksaan follow upsebelum nya.

Riwayat Terjadinya Tuberkulosis

1) Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kumanpersister atau dormant (tidur). Terkadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC) primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

Penyakit Tuberculosis

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tuberculosis

1. Umur

Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis yaitu umur, jenis kelamin, serta infeksi AIDS. Penelitian yang dilakukan di Panti penampungan orang-orang gelandangan

Menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada usia tersebut merupakan masa yang paling produktif untuk melakukan berbagai kegiatan

2. Jenis Kelamin

Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). TB Paru merupakan penyakit menular paling ganas yang menyerang dan membunuh kaum wanita, lebih dari 900 juta wanita tertular oleh kuman TB. 1 juta diantaranya akan meninggal dan 2,5 juta akan segera menderita penyakit tersebut pada tahun ini, wanita yang menderita TB paru ini berusia antara 15 – 44 tahun. Wanita dalam usia reproduksi lebih rentan terhadap TB paru dan lebih mungkin terjangkit oleh penyakit TB Paru dibandingkan pria dari kelompok usia yang sama sehingga stigma atau rasa malu akibat TB Paru menyebabkan terjadinya isolasi, pengucilan dan perceraian bagi kaum wanita.

3)Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penularan penyakit TB paru. Sehingga tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang penyakit TB diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan TB Paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.

4). Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi, pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan penularan penyakit TB adalah jenis pekerjaan. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan ebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.

5. Kebiasaan Merokok Hubungannya Dengan Penyakit Tb paru

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan- bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak- anak dan ibu-ibu yang teraksa menjadi perokok pasif oleh karena salah satu anggota keluarga merokok di rumah.

6. Adanya Kontak Dengan Penderita TB

Kontak, adalah orang yang tinggal serumah atau berhubungan langsung dengan orang yang menderita TB. Di dalam ruangan dengan ventilasi yang baik,tetesan kecil tersebut akan terbawa aliran udara, tetapi diruangan tertutup (sempit), tetesan tersebut melayang di udara dan akanbertambah jumlahnya setiap kalli orang tersebut batuk.Orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang batuk tersebutdan menghirup udara yang sama berisiko menghirup kuman tuberculosis,dan risiko paling tinggi adalah bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang batuk. Kedua orang tua dapat berbahaya yang tinggal atau tidur di ruangan sempit.

Terjadinya pemaparan oleh kuman TB tersebut bias dimana saja antara lain didalam rumah, sekitar rumah, tempat-tempat umum, seperti sekolah,pasar, rumah sakit, sarana angkutan umum, dan lainnya. Sehingga harusdilindungi dengan melakukan pengawasan sistematis pada individu, yang karena pekerjaannya berhubungan dengan orang lain. Adapun penderita tuberculosis dewasa yang dapat menularkan adalah orang dewasa penderita tuberculosis aktif, yaitu pada pemeriksaan dahak secara mikroskop terlihat BTA positif, dan orang tersebut harus segera diobati.Selain itu orang yang didiagnosis sebagai tuberkulosis BTA negatifdengan rontgen positifdan tuberculosis ekstra paru, yang diberikan pengobatan. (Kurnia, 2006)

7. Kebiasaan Menggunakan Peralatan Makan Penderita

8. Kebiasaan Tidur Bersama Dengan Penderita TB

C.CARA-CARA PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS

  • Penderita

1.Edukasi penderita supaya turut mencegah penularan

2.Pengobatan pada penderita

3.Isolasi penderita bilamana perlu

4.Batuk dan bersin ditutup alat yang digunakan untuk menutup ditampung dan disinfektan

  • Contact Person

1.      Imunisasi BCG

2.      Proteksi dengan menggunakan masker

3.      Meningkatkan kondisi tubuh dengan cara olahraga

4.      Edukasi tentang cara pencegahan penyakit

5.      Jangan menggunakan alat makan orang yang sudah tertulah tbc

  • Lingkungan

1.      Aerasi ruangan dengan menggunakan aerosol

2.      Pemberian desinfektan pada lantai maupun perabot

3.      Ventilasi memadai sehingga sirkulasi udara baik

4.      Menggunakan genting kaca untuk sinar matahari

REFRENSI

http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/

Depkes RI,1997.Pedoman Tuberculosis dan penanggulanganya,Dirjen P2M dan PLP.Jakarta

Tjandra Y.A,1994.Masalah tuberculosis dan penanggulanganya,Universitas Indonesia.Jakarta

Typus merupakan salah satu contoh dari penyakit food&water borne disesae

NAMA:RISA ERMAWATI

NIM:E2A009148

KELAS:REGULER 2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TIFUS MERUPAKAN SALAH SATU PENYAKIT FOOD & WATER BORNE DISEASE

A.PENGERTIAN DAN GEJALA PENYAKIT TIFUS

Tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonela Thiposa. Kuman ini biasanya hidup di dalam air. Kuman ini akan mati bila air dipanaskan hingga 100 derajat celcius. Apabila kuman ini masuk dalam jumlah besar ke tubuh maka seseorang yang daya tahan tubuhnya tidak baik (tidak fit), maka dapat terserang penyakit yang kemudian kita sebut Tipus.Penyaki tifus merupakan penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002).

Penyakit Typhus atau Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Penyakit yang ditandai dengan demam tinggi ini kerap menyerang anak-anak. Termasuk balita. Sayangnya, banyak orang tua menganggap remeh tifus. Banyak juga yang masih beranggapan, kalau sudah pernah kena tifus, tak bakalan kena lagi. Padahal, salah besar. Justru lebih bahaya dan bisa menyebabkan kematian.

Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang. Yang jelas, meski tifus bisa menyerang anak di atas umur 1 tahun, “korban” paling banyak adalah anak usia 5 tahun. “Tapi belakangan ini, serangan terhadap anak di bawah umur 5 tahun, meningkat jadi 15 persen. Menurut penelitian di Bagian Anak FKUI tentang bayi yang kejang waktu baru lahir, 80 persen penyebabnya adalah tifus. Penyakit ini juga ikut menyumbang angka kematian bayi yang sangat tinggi di Indonesia dimana 90 persennya akibat penyakit infeksi.

Penyakit tifus umumnya berawal dari konsumsi makanan ataupun minuman yang tercemar oleh bakteri *Salmonella* *typhi* dan *Salmonella* *typhimurium*. Keduanya biasa terdapat pada makanan dan minuman yang kurang higienis ataupun dari sumber air yang tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.Proses perkembangbiakan bakteri ini cepat, yaitu 24-72 jam setelah masuk ke dalam tubuh. Meski belum menimbulkan gejala, bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, dan ginjal. Rentang waktu antara masuknya kuman sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 7 hari.

Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada masa-masa
itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan merangsang terjadinya gejala demam. Kuman yang masuk ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Prevalensi demam typhoid paling tinggi pada usia 15-44 tahun karena pada usia tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memeperhatikan pola makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah , atau jajan di tempat lain ,khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypi banyak berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam typhoid . Pada usia anak sekolah , mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan/hygiene perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam typhoid.

Sedangkan pada anak-anak usia 0-1 tahun prevalensinya lebih rendah karena kelompok umur ini cenderung mengkonsumsi makanan yang berasal dari rumah masing-masing yang tingkat kebersihannya masih cukup baik dibanding yang dijual di warung-warung makanan (makanan yang diberikan dimasak sendiri oleh ibu bayi tersebut). Namun kelompok umur ini tidak dapat terhindar dari penyakit demam typhoid, mungkin salah satu akibatnya adalah tingkat hygine perseorangan dari ibu bayi tersebut. Mungkin ibu bayi tersebut kurang memperhatikan kebersihan makanan yang ia konsumsi, selanjutnya ibu tersebut menderita demam typhoid dan kemudian menularkan pada bayinya melalui makanan yang mengandung bakteri Salmonella thypi.Cara terbaik menghadapi demam tifoid adalah mengetahui gejala awal penyakit ini. Antara lain:
* Demam lebih dari seminggu
Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-turun.
* Mencret
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.
* Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening. Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
* Muntah
Karena rasamual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa diistirahatkan.
* Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
* Lemas, pusing, dan sakit perut
* Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong
Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
* Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah pucat.

B.EPIDEMIOLOGI

  • Penyebab Penyakit

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi. Salmonela merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella memiliki karakteristik memfermentasikan glukosa dan mannose tanpa memproduksi gas, tetapi tidak memfermentasikan laktosa atau sukrose. Seperti Enterobacteriaceae yang lain Salmonella memiliki tiga macam antigen yaitu antigen O (tahan panas, terdiri dari lipopolisakarida), antigen Vi (tidak tahan panas, polisakarida), dan antigen H (dapat didenaturasi dengan panas dan alkohol). Antigen ini dapat digunakan untuk pemeriksaan penegak diagnosis. (Brooks, 2005).

.Penyakit Typhus atau Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan.Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun.

  • Prevalensi Tifus Di Indonesia

Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebanyak 16.478 kasus, dengan kematian sebanyak 6 orang (CFR=1%). Berdasarkan laporan yang di terima oleh Subdin P2&PL Dinkes Prov. Sulsel dari beberapa kabupaten yang menunjukkan kasus tertinggi yakni Kota Parepare, Kota Makassar, Kota Palopo, Kab. Enrekang dan Kab. Gowa. Sedangkan untuk tahun 2006, tercatata jumlah penderita sebanyak 16.909 dengan kematian sebanyak 11 orang (CFR=0,07%) dan sebaran kasus tertinggi di Kab. Gowa, Kab. Enrekang, Kota Makassar dan Kota Parepare.

Pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita sebanyak 16.552 dengan kematian sebanyak 5 orang (CFR=0,03 %) dengan sebaran kasus tertinggi di Kab.Gowa, Kab.Enrekang dan Kota Makassar. Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di Sulawesi Selatan, penyakit typhus tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada umur dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%.

Dari data program tahun 2008 penyakit typhus tercatat jumlah penderita sebanyak 20.088 dengan kematian sebanyak 3 orang, masing-masing Kab. Gowa (1 orang) dan Barru (2 orang) atau CFR= 0,01 %. Insiden Rate (IR=0.28%) yaitu tertinggi di Kab.Gowa yaitu 2.391 kasus dan terendah di Kab. Luwu yaitu 94 kasus, tertinggi pada umur 15-44 tahun) sebanyak 15.212 kasus.

Tingginya kasus demam typhoid juga dapat disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat di Kabupaten Gowa yang masih menggunakan jamban yang tidak memenuhi standar kesehatan ( masih menggunakan wc cemplung) atau masih membuang air besar di saluran air atau sungai sehingga penyebaran bakteri Salmonella thypi sebagai agen penyebab demam typhoid lebih tinggi dibandingkan di kabupaten Luwu.

Penyebab lainnya yaitu kebiasaan masyarakat Kabupaten Gowa yang kurang memperhatikan tempat pembuangan sampah, dimana hal ini dapat menyebabkan lalat dapat berkumpul banyak dan tingkat penyebaran demam typhoid akan lebih tinggi disbanding Kabupaten Luwu yang memilki tempat pembuangan sampah yang lebih terorganisir.Tingginya prevalensi kasus demam typhoid juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan cara makan masyarakat di kabupaten Gowa, misalnya kebiasaan makan menggunakan tangan (tanpa menggunakan sendok) yang terbukti dapat meningkatkan frekuensi terular penyakit demam typhoid disbanding yang menggunakan sendok, terlebih lagi jika tidak ada kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.Dari berbagai penelitian terhadap demam typhoid, penyakit ini dapat timbul sepanjang tahun. Menurut waktu, dari tabel di atas dapat diketahui paling banyak jumlah penderita demam Typhoid pada bulan April sebesar 2350 penderita, dan terendah pada bulan November yaitu sebanyak 707 penderita. Hal ini dapat disebabkan oleh karena bulan April merupakan musim kemarau, dimana pada masa seperti inilah bakteri Salmonella thypi dapat berkembang biak dengan cepat sehingga prevalensi demam typhoid juga cenderung meningkat bila dibandigkan bulan November yang merupakan musim penghujan.

  • Cara Penularan

Pada bayi, penyakit ini didapat melalui dua cara penularan, yaitu:

1. Lewat ibu
Penularan bisa terjadi sejak bayi masih dalam kandungan yang dibawa hingga persalinan, dan lewat air susu ibu. Kasus ini didasarkan pada penderita beberapa bayi yang sudah menderita tifus dengan gejala kejang-kejang pada saat beberapa jam atau hari sesudah lahir. Padahal, mereka belum minum ASI atau belum mengonsumsi apa pun. Setelah mengambil sampel dari cairan lumbal ternyata ada kuman tifoid dan kuman ini dibawa dari ibunya sejak si bayi masih di kandungan. Memang kuman tifus itu sifatnya sangat penetratif, bisa menembus dinding-dinding barier.

Sementara, penularan lewat ASI ditemukan pada bayi-bayi yang menyusu secara eksklusif dan berulangkali terserang demam serta diare. Ini, kan, juga
sesuatu yang perlu dicurigai karena ASI sebenarnya makanan yang paling
higienis untuk bayi. Tapi kenapa bayinya selalu terserang penyakit infeksi,
seperti demam dan diare. Setelah diperiksa pencernaanya enggak apa-apa.
Setelah diberi antibiotik, sembuh, tapi nanti terserang lagi. Barulah setelah diteliti lebih lanjut melalui serangkaian tes, di antaranya tes darah, ternyata bayi-bayi itu menderita tifus yang ditularkan lewat ASI.

2. Lewat makanan tambahan
Umumnya terjadi bila makanan yang dikonsumsi bayi kurang diperhatikan
kebersihannya. Entah saat pengolahan, penyajian, dan pemberian. Akibatnya, bayi terinfeksi kuman yang menjadi penyebab tifus.

Sayangnya, gejala tifus pada bayi sukar dideteksi. Tak seperti pada anak
balita yang sudah bisa mengeluh mual, pusing, atau suhu tubuhnya tinggi.
Sementara bayi hanya bisa menangis atau rewel. Kadang disertai demam dan
diare sehingga umumnya dokter akan mengira bayi terkena penyakit infeksi
saluran pencernaan. Padahal bisa saja dia sebenarnya sudah terserang tifus.
Kalaupun diberikan obat antibiotik, hanya menghentikan diare atau demamnya saja. Bisa-bisa nanti tifusnya muncul lagi.Karena itulah, tifus tak boleh dianggap enteng atau harus diobati secaratotal. Bakterinya sangat cepat berkembang biak dan menjalar ke mana-manamelalui pembuluh darah. Bisa menyerang paru-paru, hati, hingga otak. Tifus yang sudah tergolong berat akan sulit diobati karena sudah telanjur terjadi komplikasi. Jika bakterinya sudah menyerang paru-paru, penderita akan sulit bernapas. Lebih parah lagi jika bakteri sudah masuk ke otak, bayi bisa kejang-kejang karena radang otak.

Penularan Demam Typoid

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba

MASUK LEWAT MULUT

Demam tifoid, jelas Arlin, adalah infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan, dan minuman yang tidak higienis. “Dia masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.” Proses bekerjanya bakteri ini ke dalam tubuh manusia lumayan cepat. Yaitu 24-72 jam setelah masuk, meski belum menimbulkan gejala, tetapi bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, dan ginjal. “Rentang waktu antara masuknya kuman sampai dengan timbulnya gejala penyakit, sekitar 7 hari.”

Nah, gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada masa-masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan merangsang terjadinya gejala demam. Kuman yang masuk ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Namun tidak seluruh bakteri Salmonella typhi dapat menyebabkan demam tifoid. “Saat kuman masuk, tubuh berupaya memberantas kuman dengan berbagai cara. Misalnya, asam lambung berupaya menghancurkan bakteri, sementara gerakan lambung berupaya mengeluarkan bakteri. Jika berhasil, orang tersebut akan terhindar dari demam tifoid.”

C.CARA-CARA PENANGGULANGAN

v  Penderita

  • menghindari penyebaran kuman, Buang air besar sebaiknya pada tempatnya jangan dikali
  • Meningkatkan personal hygiene dengan cara penyuluhan
  • Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.

v  Contact person

  • Pemberian Vaksin hidup Ty21A kepada orang dewasa dan anak yang berusia 6 tahun atau lebih
  • Vaksin polisakarida Vi dapat diberikan pada orang dewasa dan anak yang berusia 2 tahun atau lebih
  • Menjaga daya tahan tubuh agar selalu fitt dengan makanan,gizi seimbang,istirahat yang cukup dan olahraga.
  • Mencuci tangan sebelum makan.

v Makanan-Minuman

  • Bila ingin jajan di pingir jalan yang belum jelas apakah airnya dimasak atau tidak, yakinlah bahwa badan kita dalam keadaan yang fit sehingga daya tahan tubuh kita (leukosit) dapat menghancurkan kuman-kuman itu.
  • Menjaga kebersihan peralatan makan)
  • Menyiapkan makanan sendiri dan mengurangi makan makanan yang tidak disiapkan sendiri di rumah (karena tidak terjamin kebersihannya)

v Air Minum

  • Jangan minum air yang belum dimasak (belum matang)
  • Hindari air yang terkontaminasi dengan bakteri

v Lingkungan

  • Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.
  • Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
  • Meningkatkat sanitasi di lingkungan rumah

v Vector

  • Bila ada anggota keluarga yang mengidap kuman (*carrier*), pengawasan
    diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Kalau dia
    lengah, sewaktu-waktu penyakitnya bisa kambuh.

PENCEGAHAN TIFUS PADA BAYI
1. Ibu

  • Pada minggu-minggu terakhir sebelum persalinan, pastikan ibu dalam kondisi
    bebas virus dan kuman agar tak menulari bayinya sewaktu persalinan kelak.
  • Jaga kebersihan dan makanan ibu selama menyusui. Pastikan makanan dan
    minuman yang dikonsumsi selalu terjamin kebersihannya.
  • Periksa kesehatan ibu apabila bayi yang disusui sering diare atau demam.

2. Bayi

  • Untuk bayi yang mulai mengonsumsi makanan tambahan, pastikan kebersihan makanannya terjamin.
  • Biasakan bayi selalu dalam keadaan bersih. Sehabis kencing atau buang air besar, bersihkan dengan tuntas.
  • Lakukan imunisasi wajib sesuai jadwal.

3. Lingkungan

  • Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Pastikan air diambil dari tempat yang higienis seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (1000C).
  • Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah membuang kotoran bayi secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri *Salmonella typhi*, terutama ke makanan.
  • Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
  • Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga (orang tua dan anak yang lebih besar). Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman *Salmonella* sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Anak usia 2 tahun yang juga rentan terhadap tifus, lakukan vaksinasi.

REFRENSI

1.World Health Organization ,ICD-10,Tenth Revision,Volume 1.WHO,Geneva,1992.

2.Sogeong sugianto,Epidemiologi penyakit menular,jakarta,1993.

KLB

KELOMPOK 11

RISA ERMAWATI :E2A009148

LAELY MUSTIKA DEWI    :E2A009168

MUH. HIDAYATULLAH    :E2A009190

DHEA KHOIRUNNISA A.                :E2A009197

REGULER 2 2009

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

1.Apa saja kriteria suatu kejadian penyakit dikatakan wabah/KLB?

Ø  Timbulnya penyakit menular yang sebelmunya tidak pernah ada

Ø  Pertambahan kejadian penyakit terus menerus dalam 3 kurun waktu

Ø  Pertambahan penyakit  2x lipat atau menjadi lebih banyak

Ø  Jumlah penderita dalam satu bulan menjadi 2x lipat atau lebih,bila dibandingkan dengan periode sebelumnya

2.Apa yang dimaksud dengan “Herd immunity”.?

Merupakan sesuatu yang mempengaruhi tinggi rendahnya kekebalan tubuh atau imunitas didalam suatu masyarakat/kelompok.Adanya target(tidak selalu harus 100%)karena berbeda-beda dan dirasa sudah cukup untuk melindungi kelompok agar penyakit tidak masuk dalam suatu kelompok tersebut.

3.Apa yang seharusnya kita lakukan agar fenomena wabah?KLB dapat dicegah?

Ø  Penanggulangan sumber pathogen

o   Singkirkan sumber kontaminaasi

o   Hindarkan orang dari paparan

o   Inaktifasi atau neutralisasi pathogen

o   Isolasi dan / atau obati orang yang terinfeksi

Ø  Memutus rantai penularan

o   Memutus sumber lingkungan

o   Penanggulangan transmisi vektor

o   Tingkatan sanitasi perorangan

SURVEILANS DBD yang BAIK

SURVEILANS DBD yang BAIK

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)
.Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahunOleh karena itu,Pencegahan  Demam Berdarah bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.-
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.-
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.-
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah- dan lain sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna- untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air- seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan’’3M Plus’’, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

Melihat kegawatan penyakit ini maka seharusnya sistem pencatatan dan pelaporan guna keperluan perencanaan,pencegahan,dan pemberantasan penyakit DBD didukung oleh sistem yang handal ,yakni suatu sistem yang dapat menyediakan data dan informasi yang akurat,valid dan up to date.Maka dari itu harus dirancang surveilans yang didukung oleh teknologi informasi sehingga bisa diakses secara online oleh petugas kesehatan (baik puskesmas maupun petugas dinas kesehatan)serta masyarakat pada umumnya.Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular,tidak terkecuali pada kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit DBD. Surveilans adalah kegiatan yang bersifat terus menerus dan sistematik dalam pengumpulan data, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi kepada pihak terkait, untuk melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Oleh karena itu hasil kegiatan surveilans sangat dibutuhkan dalam menunjang aspek manajerial program penyakit DBD, dimana berperan dalam proses perencanaan, monitoring danevaluasi dari program kesehatan yang ada.Sistem Surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di puskesmas meliputi kegiatan pencatatan ,pengolahan dan penyajian data penderita DBD untuk pemantaun mingguan,laporan mingguan wabah,laporan bulanan,penentuan desa/kelurahan rawan,mengetahui distribusi kasus DBD/kasus tersangka DBD per RW/dusun,menentukan musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit.Obyek penelitianya adalah sistem surveilans DBD yang berada di dinas kesehatan kota.Sedangkan subyek penelitianya adalah petugas pengelola data pada seksi pencegahan pemberantasan penyakit bersumber binatang di dinas kesehatan kota,Data diperoleh dari wawancara pada pengelola data penyakit DBD yang berjalan saat ini.Data kasus atau  penderita diperoleh dari laporan rumah sakit,laporan disampaikan tiap satu bulan.Bila laporan disampaikan dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan ,maka akan ditindaklanjuti dengan penyelidikian epidemiologo(PE) oleh puskesmas terkait untuk mengetahui sumber kasus /penderita dan radius penyebaran.Tindak lanjut dari PE yang dilakukan adalah fogging atau pemberantasan sarang nyamuk(PSN).Laporan kasus DBD seharusnya dilaksanakan dalam kurun waktu 1×24 jam.Alur pelaporan kasus DBD dimulai dari masyarakat dan petugas kesehatan,rumah sakit atau klinik kemudian dilanjutkan dengan pelaporan ke puskesmas,dari  puskesmas akan diteruskan laporannya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:
a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD.
b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik).
e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).
f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang terdiri dari unsur-unsur :
Ikatan Dokter Anak Indonesia-
Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia-
Asosiasi Rumah Sakit Daerah-
g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.
h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan teknis.
i. Menyediakan �call center�.
DKI Jakarta, Pusadaldukes (021) 34835188 (24 jam)-
DEPKES, Sub Direktorat Surveilans (021) 4265974, (021) 42802669-
DEPKES, Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) (021) 5265043-
j. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus dengue.

RISA ERMAWATI

E2A009148

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

 

EPIDEMIOLOGI DAN PERANANYA TERHADAP KESEHATAN

EPIDEMIOLOGI DAN PERANANNYA TERHADAP KESEHATAN

Epidemiologi sudah berkembang pesat sejak zaman Yunani kuno. Ilmu ini sangat berpengaruh besar terhadap perilaku masyarakat guna mencapai tujuan sosial-humanisme. Etape-etape epidemiologi adalah sebagai berikut:

  1. Hippocrates, (circa 400 BCE): On Airs, Waters, and Places.
  2. John Graunt (1620-1674): Natural and Political Observations on the Bills of Mortality
  3. James Lind (1716-1794):  A Treatise of the Scurvy in Three Parts
  4. William Farr: Campaigning statistician
  5. John Snow: On the Mode and Communication of Cholera
  6. Joseph Golderberger (1874-1929)

Dari keseluruhan para ahli epidemiologi, John Snow lah yang dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.

Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK.

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :

“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.

Pengertian epidemiolagi menurut badan kesehatan lain seperti WHO dan OMRAN yaitu study mengenai distribusi dan determinan dari kesehatan pada status dan kejadian pada populasi dan aplikasi pembelajaran dari pemecahan masalah kesehatan , menurut WHO (1988) . Studi mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan penduduk, begitu juga determinannya dan akibatnya yang terjadi pada kelompok penduduk , menurut OMRAN (1974) .

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT CENTER OF DISEASE CONTROL (CDC) 2002

Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang mempelajari Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan “. Dari pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah Riset. Kemudian apakah Riset itu…..?? Menurut Leedy (1974), Riset adalah “ a systematic quest for undiscovered truth”. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang belum terungkap ).

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :

a. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.

Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

Epidemiologi juga memiliki manfaat penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yaitu memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi), besar dan luasnya masalah kesehatan dan lainnya ,menjelaskan interaksi faktor-faktor agent, host and environment ,menguraikan kelompok Penduduk yang dalam risiko dan risiko tinggi terhadap kelompok Penduduk yang tidak mempunyai Risiko ,mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan , membantu pekerjaan administratif kesehatan yaitu planning (perencanaan) ,monitoring (pengamatan) ,evaluation ,menerangkan keadaan masalah kesehatan yaitu epidemik merupakan suatu keadaan dimana masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang di temukan pada suatu daerah tertentu pada waktu singkat dalam frekuensi yang meningkat, pandemik merupakan suatu keadaan dimana masalah kesehatan (umumnya penyakit) frekuensinya dalam waktu singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebaranannya mencakup suatu wilayah yang amat luas, endemik merupakan suatu keadaan dimana masalah kesehatan (umumnya penyakit) frukuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama ,sporadik merupakan suatu keadaan dimana masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ada pada wilayah tertentu frekuensi berubah menurut perubahan waktu .

KELOMPOK 11

DHEA KHOIRUNNISA APRIANI E2A009197

RISA ERMAWATI E2A009148

LAELY MUSTIKA DEWI E2A009168

M.HIDAYATULLAH E2A009190

NAMA SAYA RISA ERMAWATI

NIM  E2A009148

Reguler 2 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!